Javarian pastinya familiar dengan makanan khas Minangkabau yang bernama rendang, bukan? Makanan yang disebut-sebut oleh CNN Travel Readers’ Choice sebagai #1 World’s Best Food pada tahun 2011 ini lebih daripada sekadar makanan biasa. Masyarakat Minangkabau memiliki filosofi rendang tersendiri, menjadikan rendang makanan yang spesial dan sarat makna. Mau tahu lebih lanjut tentang kisah di balik rendang? Yuk simak artikel berikut ini!
Rendang berasal dari kata Marandang, yang berarti memasak perlahan. Rendang dianggap sebagai bekal hidup oleh masyarakat Minang, di mana seorang ibu mengajarkan anak laki-lakinya untuk memasak rendang supaya kelak ia dapat memiliki sumber mata pencaharian saat merantau. Tahapan pemasakan rendang dimulai dari gulai dengan santan yang mulai berwarna kuning kemerahan namun kuahnya belum mengental, menjadi kalio dengan santan dan rempah sudah mengeluarkan minyak cokelat kemerahan dan tekstur sudah lebih kental, dan menjadi rendang saat masakan menghitam dan minyak mengering sehingga bumbu-bumbu sudah meresap sempurna sampai ke bagian serat daging.
Rendang dapat memiliki ratusan ragam, tergantung pada:
- Kebutuhan: Akikah, Baralek (Kenduri), Lebaran, Hadiah, Oleh-oleh, Jamuan Adat, Diplomasi Perut
- Bahan Baku: Hewani (Sapi, Ayam, Kambing, Ikan) dan Nabati (Nangka, Kacang Merah, Jengkol, Kentang, Daun, Jantung Pisang, Sukun)
- Pembentuk Rasa: Santan, Cabai, Rimpang, dan Bawang-Bawangan
- Bumbu: Beragam Rempah
- Metode Pemasakan: Proses Pemasakan, Lama Pemasakan, dan Sumber Panas untuk Memasak
- Tekstur: Kering dan Basah, Potongan, Tumbuk, dan Suwir
Rendang memiliki 4 makna utama: Kepemimpinan pada daging sapi sebagai puncak piramida makanan yang melambangkan ninik mamak (kepala adat), Spiritualitas pada rasa pedas dari cabai yang merepresentasikan alim ulama yang menyampaikan petuah tanpa basa basi, Pengetahuan pada santan putih melambangkan cendekiawan yang menyampaikan kebenaran berdasarkan fakta, dan Persatuan dalam Keberagaman pada beragam rempah yang berkawan sempurna di dalam kuali yang menggambarkan masyarakat yang penuh keberagaman.
Dengan misi menghadirkan pangan berkualitas untuk masyarakat Indonesia, Javara berkolaborasi dengan Katuju, brand yang berasal dari daerah Minangkabau. Memanfaatkan ratusan jenis rendang, Katuju telah mengembangkan “Rendang Wheel of Flavors” untuk memungkinkan kustomisasi rasa sesuai dengan selera konsumen global. Katuju bekerja untuk menghadirkan cita rasa khas dari khazanah gastronomi Minangkabau ke pasar dunia. Kami percaya bahwa keragaman biokultural dari tradisi kuliner kami dapat memenuhi beragam permintaan selera global. Tanpa menyimpang dari akar dan keaslian kami, Katuju menjaga resep warisan dan keanekaragaman hayati bahan makanan dan mengubahnya menjadi produk makanan gourmet yang memenuhi standar global.
Dalam bahasa Minang, Katuju berarti ungkapan 5 indra dalam menyukai atau menghargai sesuatu. Katuju merepresentasikan indra perasa, visual, suara, aroma, dan tekstur sebagai satu kesatuan. Melalui produk kuliner kami, kami ingin berbagi kearifan tentang misi kemanusiaan dan keberlanjutan yang diwariskan dari nenek moyang kami. Melalui kolaborasi dengan Javara, Katuju mengembangkan serial seri rendang untuk memenuhi kebutuhan para pecinta kuliner global.
Varian Rendang Katuju

Jantung Pisang
Keunikan rasa dan tekstur, kandungan gizi yang baik, dan ketersediaan yang melimpah menjadikan jantung pisang sebagai salah satu bahan rendang. Katuju berharap dapat memberikan nilai tambah pada jantung pisang sebagai superfood menjadi sumber lauk alternatif. Selain bermutu, Rendang Vegan Jantung Pisang juga diolah dengan memperhatikan aspek keamanan dan keselamatan pangan sehingga aman dan sehat untuk dikonsumsi.
Kacang Medan
Rasa khas kacang-kacangan, daging tebal, dan tekstur yang lembab membuat Kacang Medan menjadi bahan rendang yang berasal dari Surian, Sumatra Barat, Indonesia. Lazimnya, Kacang Medan diketahui sebagai makanan sayur serta tumbuh merambat sehingga dapat ditanam secara maksimal di lahan terbatas. Dengan metode yang tepat, Katuju dapat memprosesnya menjadi bahan rendang. Tanpa mengubah rasa aslinya, bumbu yang digunakan dimodifikasi dan metode memasak memperhatikan keamanan pangan sehingga menjadikan Rendang Vegan Kacang Medan aman dikonsumsi dan bergizi baik.


Jengkol
Sebagai bahan unik yang fenomenal dan sangat mungkin diolah menjadi banyak bentuk, jengkol diolah menjadi salah satu bahan baku rendang oleh Katuju. Dengan jengkol yang berkualitas, memiliki usia kematangan yang sesuai, dan pengolahan yang langsung dilakukan setelah dipetik oleh petani jengkol, rendang jengkol yang dihasilkan lezat dan tidak terlalu berbau menyengat. Dengan standar pengolahan yang memperhatikan aspek keamanan pangan, Rendang Vegan Jengkol ini aman untuk dikonsumsi.
Daging Suwir
Dalam Bahasa Minang, Rendang Daging Suwir dinamakan sebagai Rendang Runtiah dengan proses pembuatannya sedikit berbeda dari rendang pada umumnya. Daging tidak dipotong kotak sehingga daging yang dipilih adalah yang berserat panjang karena akan diruntiah atau disuwir. Tekstur daging dari rendang ini berbentuk helaian kering dan dibalut bumbu rempah khas rendang yang kuat. Rendang Daging Suwir sangat disukai oleh anak-anak karena tidak terlalu pedas dan mudah untuk digigit. Katuju mengolah Rendang Daging Suwir dengan aman dan memperhatikan aspek keamanan pangan sehingga aman untuk dikonsumsi.


Ayam
Pemilihan ayam sebagai salah satu bahan utama rendang karena ketersediaannya yang melimpah dan sangat populer dijadikan sebagai aneka lauk. Katuju memilih ayam dengan usia dan bobot yang pas, sehingga dapat memenuhi kriteria rasa dan nutrisi yang diharapkan pada rendang. Dengan perpaduan rempah asli dan daging tanpa tulang yang lembut, Rendang Ayam menjadi istimewa!
Terbayang kan betapa nikmat dan bergizinya berbagai varian rendang di atas?
Untuk info lebih lanjut tentang Rendang Katuju, silakan hubungi kami