fbpx
Articles - IndonesianNews

Helianti Hilman sebagai Pembuka Jalan Bagi Petani Lokal

By August 28, 2020July 14th, 2022No Comments
Helianti Hilman di Javara Store

Dengan adanya COVID-19, kebanyakan perusahaan mengalami beberapa kesulitan dalam hal bisnis & manajemen perusahaan, tapi bagaimana dengan Javara? Apa strategi yang diterapkan Ibu Helianti Hilman?

Berbagai siasat telah dilakukan Ibu Helianti Hilman dan jajaran manajemen Javara agar Javara tetap bisa berjalan selama masa pandemi Covid-19. Beberapa di antaranya adalah:

  • Ibu Helianti Hilman dan tim harus belajar bisnis online untuk meningkatkan penjualan produknya di masa pandemi.
  • Demi mengembangkan Javara, Ibu Helianti menyerahkan jabatan CEO kepada professional dengan jam terbang tinggi yang memiliki pengalaman mendalam di Industri IT dan dalam membangun sistem perusahaan.

PANDEMI Covid-19 membuat Ibu Helianti Hilman bertambah sibuk. Sejak PSBB mulai berlaku, sebagai pendiri Javara, Ibu Helianti bisa bekerja mulai subuh sampai tengah malam. la mesti menghadiri beberapa rapat daring (online), mengecek data penjualan di semua channel B2C, dan memikirkan calon produk baru. 

“Saya sampai diprotes anak karena kerja terus,”

katanya, Kamis, 4 Juni lalu.
Produk Javara yang bervariasi

Javara sendiri adalah perusahaan bahan pangan organik yang bermitra dengan puluhan ribu petani di seluruh Indonesia. Mereka antara lain menjual beras, tepung, bumbu dapur, minyak kelapa, gula kelapa, madu, dan camilan. Produk Javara dijual di berbagai toko organik dan supermarket; dipakai di banyak hotel, restoran, juga penyedia katering, serta diekspor ke lebih dari 25 negara di empat benua.

Menurut Ibu Helianti Hilman, tidak ada masalah dengan pasar ekspor. Pesanan justru meruyak. Selama 2 bulan terakhir misalnya, ia baru saja berbincang dengan calon-calon pembeli baru dari Singapura, Portugal dan Amerika Serikat. Masalah justru datang dari pasar dalam negeri. 

20% produk Javara dibeli oleh hotel, restoran, dan penyedia katering. Selama pandemi, jumlah pengunjung industri jasa boga merosot tajam. Banyak restoran, terutama yang berada di mal, tutup. Bisnis katering juga lesu karena orang memilih memasak sendiri di rumah. Mau tak mau mereka harus menggenjot penjualan dengan cara lain, yakni lewat online. Penjualan daring sebelumnya hanya menyumbang tak sampai 1 persen dari total pemasukan Javara.

Inilah yang membuat mantan Chief Executive Officer (CEO) Javara ini puyeng. la tak paham cara kerja daring. 

“Saya itu golongan kolonial’. Kalau ketemu digital, mata saya agak berkunang-kunang, ha-ha-ha…”

ucap pemegang gelar master hukum bidang hak kekayaan intelektual dari King’s College London, Inggris, itu.

Ibu Helianti Hilman mau tidak mau harus tetap terjun langsung. Sebagai Chief Creative and Community officer, ia mesti belajar membaca big data konsumen. Dari data ini, ia bisa membuat inovasi produk baru yang diprediksi laku di pasaran.

 “Saya juga mesti belajar membaca kecenderungan perilaku konsumen online,” ujarnya.

Bulan lalu, misalnya, ia punya ide membuat cireng superfood berbahan sagu papua dan bunga telang. Gagasan itu muncul setelah ia melihat penjualan minyak kelapa yang melonjak tajam selama pandemi. Penjualan di toko pusatnya di Kemang, Jakarta Selatan, saja sampai 3,5 ton per bulan.

Ibu Helianti meminta tim koki Dapur Javara, restoran yang menyatu dengan toko Javara Culture Kemang (Jakarta Selatan) membuat cireng inovatif dari tepung sagu Papua yang tak membuat gula darah langsung melonjak seperti tepung lain. Ibu Helianti juga meminta tim Sekolah Seniman Pangan, perusahaan yang juga didirikan beliau, untuk membuat nugget superfood dari bahan dasar sayuran padat nutrisi, seperti daun kelor dan bit, untuk memudahkan orang memasak makanan sehat. 

la juga menyatukan berbagai macam produk yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh yang dijual dalam satu paket. Produk seperti ini banyak dicari di tengah pandemi, terutama oleh orang yang memiliki masalah imunitas, seperti penyakit autoimun.

Berbagai siasat juga dilakukan, termasuk sejak awal April lalu mempekerjakan pegawai baru yang khusus mengurusi marketplace. la mengubah prioritas produk yang ditampilkan di pasar online. Dengan berbagai macam akrobat tersebut, penjualan di marketplace melambung sampai 400 persen. Jika semua penjualan dijumlahkan, hasil dagangan Javara justru naik sampai 30 persen di tengah pagebluk.

Ibu Helianti Hilman bekerja sebagai konsultan independen pada proyek-proyek di Bank Dunia dan United Nations Development Programme sebelum mendirikan Javara. Ketika datang ke berbagai daerah, ia melihat beberapa petani yang masih menjaga bahan pangan kuno. la bermimpi bisa  membukakan akses pasar yang lebih luas bagi mereka dengan membuat Javara. 

la mengemas hasil pertanian tersebut agar lebih tahan lama dan atraktif. Namun rupanya produk mereka tak dilirik konsumen dalam negeri. Ia akhirnya berbelok ke pasar di negeri lain. Tak disangka, dagangannya laris manis di tanah orang. Baru tiga tahun belakangan produk Javara mulai dilirik masyarakat dalam negeri, setelah kesadaran mengkonsumsi makanan sehat mulai meningkat. Sementara semula 80 persen produk mereka dijual di negara lain, tahun lalu 65 persen produk Javara terjual di pasar domestik.

Petani yang bermitra dengan Javara
Pak Dwipoyono, salah satu petani yang bermitra dengan Javara

Mimpi Ibu Helianti bukan hanya membuka pasar bagi para petani lokal. Ia juga ingin mereka punya generasi penerus yang bangga akan hasil bumi. Namun, nyatanya, Indonesia kehilangan sekitar 500 ribu petani setiap tahun. Ia kemudian mendirikan Sekolah Seniman Pangan, yang diikuti anak-anak petani, nelayan, dan orang rimba, pada 2017. Ibu Helianti Hilman melatih mereka memberikan nilai tambah pada hasil pertanian sehingga bisa menembus pasar dunia. 

“Saya ingin anak muda melihat bahwa profesi petani itu seksi dan rural business is the new start up,” tuturnya.

Sumber : Majalah Tempo

Ikuti terus update Javara di Instagram kita ya! @javaraindonesia

admin

About admin

Leave a Reply

Open chat
Want to purchase?
Hello, What Would You Like To Purchase?